
KitaNKRI.com - Hamparan perkebunan kelapa sawit yang membentang luas kerap menghadirkan gambaran tentang hubungan erat antara manusia dan alam yang saling menopang.
Di antara barisan pohon yang tumbuh seragam, kehidupan masyarakat sekitar berdenyut mengikuti ritme alam yang terus berubah.
Di tengah tantangan lingkungan global, keberadaan perkebunan sawit menempati posisi strategis sebagai bagian dari ekosistem yang semakin dituntut untuk berkelanjutan.
Kelapa sawit merupakan tanaman yang memiliki kemampuan alami dalam menyerap karbon dioksida dan melepaskan oksigen sehingga turut berkontribusi pada keseimbangan atmosfer.
Dalam publikasi Mitos vs Fakta Kelapa Sawit yang diterbitkan Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) dijelaskan bahwa satu hektar perkebunan sawit mampu menyerap 64 ton karbon dioksida setiap tahun.
Data yang sama juga mencatat bahwa tanaman tersebut mampu menghasilkan sekitar 18 ton oksigen yang menjadi komponen penting bagi keberlangsungan hidup makhluk hidup.
Di tengah fakta tersebut, kelapa sawit kerap dijadikan sorotan karena dianggap memberi dampak negatif terhadap lingkungan, terutama dikaitkan dengan isu pemanasan global.
Peningkatan gas rumah kaca dari berbagai aktivitas manusia termasuk sektor industri kerap dipandang sebagai pemicu utama perubahan iklim secara global.
Gas rumah kaca seperti karbon dioksida, metana, hingga dinitrogen oksida memiliki daya serap panas berbeda sehingga berpotensi mengakumulasi energi dan menaikkan suhu bumi.
Ketidakseimbangan antara energi matahari yang diserap bumi dan yang dilepaskan kembali ke luar angkasa menjadi penyebab utama perubahan iklim modern.
Fenomena inilah yang dalam jangka panjang turut memengaruhi berbagai sektor termasuk perkebunan kelapa sawit yang bergantung pada kestabilan cuaca.
Peristiwa El Nino pada 2023 menjadi contoh nyata bagaimana suhu panas ekstrem dapat mengganggu produktivitas tandan buah segar di berbagai wilayah.
PT Astra Agro Lestari Tbk (Astra Agro) menjadi salah satu perusahaan yang ikut terdampak akibat kekeringan berkepanjangan sejak 2019 hingga cuaca panas yang berlanjut pada 2023 dan 2024.
Dampak terhadap produksi ini mendorong perusahaan melihat perubahan iklim sebagai ancaman nyata yang perlu direspons secara serius melalui strategi keberlanjutan.
Astra Agro sejak 2015 telah menetapkan Sustainability Policy untuk memperkuat komitmen perusahaan dalam menjaga keseimbangan lingkungan.
Kebijakan tersebut menjadi landasan bagi seluruh unit usaha Astra Agro untuk memastikan operasional perkebunan dan pengolahan sawit berjalan dengan lebih bertanggung jawab.
Perusahaan kini secara berkala mengukur emisi gas rumah kaca dari aktivitas operasional yang melibatkan 46 anak perusahaan mulai dari kebun inti, pabrik pengolahan, hingga unit refinery.
Pengukuran tersebut mencakup emisi scope 1 dan scope 2 sehingga memberikan gambaran konkret mengenai kontribusi emisi dari setiap lini aktivitas.
Astra Agro mencatat pemanfaatan energi terbarukan yang mencapai 92,17 persen sehingga berhasil mengurangi emisi sebesar 126,3 ktCO2eq.
Pengurangan intensitas emisi pada 2024 dibandingkan tahun sebelumnya menjadi bukti keberhasilan implementasi program pengendalian emisi di seluruh wilayah operasional.
Berbagai inisiatif ini menjadi bagian penting dari dukungan perusahaan terhadap target Nationally Determined Contribution 2030 dan upaya mencapai Net Zero Emission 2060.
Selain mereduksi emisi, Astra Agro juga fokus pada pengembangan Nature-based Solution (NbS) yang bertujuan memperkuat kualitas ekosistem melalui penanaman kembali.
Hingga 2024, perusahaan telah melakukan penanaman pohon di lahan seluas 201 hektare dengan total lebih dari 173 ribu pohon.
Perusahaan juga mengimplementasikan Water Management System berbasis tenaga surya yang membantu menghemat penggunaan air hingga 200 ribu liter.
Dalam pengelolaan limbah, Astra Agro terus memperlihatkan peningkatan signifikan baik untuk limbah padat B3 maupun limbah cair B3.
Limbah cair B3 bahkan tercatat telah terolah hingga 100 persen baik pada 2023 maupun 2024.
Pemanfaatan limbah cair POME sebagai sumber energi terbarukan menjadi langkah lanjutan yang memperkuat upaya pengurangan emisi.
Fasilitas methane capture yang dibangun perusahaan semakin memperkuat kontribusi pada pengendalian emisi karbon.
Astra Agro juga mulai mengurangi penggunaan batu bara dengan menggantinya menggunakan cangkang sawit yang dinilai lebih ramah lingkungan.
Dalam hal pemupukan, perusahaan mengembangkan inovasi pupuk hayati ASTEMIC untuk menekan penggunaan pupuk kimia yang berkontribusi besar terhadap emisi.
Produk berbasis mikroba ini diterapkan pada area seluas 50 ribu hektare sebagai upaya peningkatan produktivitas sekaligus pengendalian lingkungan.
Langkah tersebut sejalan dengan visi Astra Agro Sustainability Aspiration 2030 yang menekankan keberlanjutan sebagai fondasi jangka panjang perusahaan.
Seluruh program ini kemudian mengantarkan Astra Agro meraih penghargaan The Best Corporate Emission Reduction Transparency Award 2025.
Penghargaan tersebut menegaskan posisi Astra Agro sebagai perusahaan yang berkomitmen pada transparansi dan pengurangan emisi secara konsisten.
Beragam Cara Astra Agro Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca
Pengurangan emisi dilakukan melalui pemanfaatan energi terbarukan, optimalisasi limbah cair menjadi energi, hingga penggunaan cangkang sawit sebagai pengganti batu bara.
Astra Agro juga memperkuat langkah pengurangan karbon dengan program penghijauan di area konsesi serta pengembangan sistem manajemen air bertenaga surya.
Upaya ini melampaui target operasional karena tidak hanya menekan emisi tetapi juga memperbaiki kualitas lingkungan secara berkelanjutan.
Teknologi dan Kemitraan Jadi Kunci Penekan Emisi
Pemanfaatan teknologi ramah lingkungan seperti methane capture menjadi bukti bahwa inovasi berperan besar dalam pengendalian emisi industri sawit.
Kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan juga memperkuat langkah perusahaan untuk menjaga ekosistem dan mengurangi dampak lingkungan secara lebih terstruktur.
Penerapan berbagai program tersebut menjadi bukti bahwa industri sawit dapat bergerak menuju masa depan yang lebih hijau dengan pendekatan yang tepat.***